Sayangku,
Aku masih menyimpan kenangan tentangmu di otakku. Hari itu, kala matahari naik sepenggalah, aku duduk berdampingan denganmu di sebuah ruang kelas. Entah apa yang kita obrolkan, aku tidak ingat. Mungkin basa-basi belaka. Yang kutahu kamu tak berhenti tersenyum, selalu memandang dari sisi terbaik. Husnudzon. Ah kamu. Terima kasih sudah mengajariku untuk sabar.
Sayangku,
Kamu manis sekali. Bakti pada orang tuamu, patuh dan sangat mencintai mereka. Bagaimana bisa kamu begitu? Di saat aku bahkan tak pandai menunjukkan kasih sayang, kamu dengan mudahnya ajari aku, jadilah wanita yang penyayang. Dan dalam urutan manusia, keluarga yang harus disayangi lebih dulu. Mereka nomor satu.
Sayangku,
Aku bangga padamu. Akhirnya impianmu bertamu ke rumah Allah terwujud juga. Alhamdulillah, manusia baik sepertimu memang pantas mendapatkannya. MasyaAllah, baiknya Allah padamu. Sayangku, semoga ibadahmu berkah.
Sayangku,
Terima kasih sudah menjadi manusia yang santun, cantik, baik hati. Terima kasih sudah berjuang untuk negeri ini hingga di saat terakhirmu. Terima kasih, sudah bersikap baik padaku. Terima kasih, sudah menjadi teman kami semua. Terima kasih, Zeini Afifah.
Untuk Bidadari yang Selalu Optimis, senyummu tidak terganti. Semoga kebaikan-kebaikan selalu menyertaimu sampai surgaNya. Aamiin.
Lagi kangen browsing nama alm. gak sengaja nemu ini. Bagus kak tulisan nya. Terima kasih kak 🙂 ini adiknya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah masyaAllah. Sehat terus ya dek. Selalu doakan kak zeini ❤
SukaSuka