cecintaan

Bagaimana cara mengungkapkan cinta?

Tulisan ini terinspirasi story Whatsapp teman saya yang terbaca pukul 01.15 dini hari, saat kereta yang saya tumpangi sedang melaju kencang dari Purwokerto ke Cirebon. Saya yang terbangun karena panggilan alam lantas mengecek ponsel yang sejak Isya saya matikan untuk dicharge.

Saya lupa isi storynya gimana. Pokoknya ada jepang-jepangnya gitu. Inti dari story itu adalah pertanyaan yang menjadi judul dari tulisan ini.

Bagaimana cara mengungkapkan (perasaan yang lebih rumit dari senang atau sedih, misalnya) cinta?

Begitu saya baca, pikir saya, kenapa dibikin rumit ?

Bukankah cinta itu sama dengan perasaan lainnya yang dapat dirasakan oleh hati, seperti senang, sedih, kecewa, marah, dan sayang ? Manusia saja yang melebih-lebihkannya di atas perasaan yang lain.

Di gerbong tempat saya duduk, ada dua balita, lelaki dan perempuan. Yang laki-laki naik di stasiun sebelum saya, entah dari Blitar atau Malang. Yang perempuan naik dari stasiun Nganjuk. Dua anak kecil itu bertemu di kereta. Sepanjang sore, mereka lantas bermain bersama, berlarian bersama dari ujung gerbong ke ujung satunya. Tenaganya bagai tak pernah habis. Mereka tertawa-tawa, bahagia sekali. Menghibur kami, para orang dewasa yang kadang untuk senyum aja harus mikir alasannya apa. Tapi lihatlah anak-anak kecil itu, mereka begitu sederhana. Semudah itu mengekspresikan mereka bahagia.

Saya ingat pertanyaan saya ke Ayah selepas Isya tadi malam.

“Kenapa sih manusia dewasa itu rumit, Yah ?”

“Enggak, kok. Rumit apanya?”

“Yaaa banyak aturan gitu.”

“Biar dunia ini damai.”

“Kenapa sih manusia itu banyak maunya?”

“Udah sunnatullah, gak sih?”

“Biar gak rumit kudu gimana?”

“Yaaa jalani aja. Jadi manusia yang lurus, jangan melenceng dari rel. Nanti gak sampai ke tujuan.”

“Tujuannya apa?”

“Surga. Apa lagi?”

Oke, mungkin percakapan ini agak nggak nyambung sama judulnya. Tapi yaudahlah ya.

Buat saya, cinta itu universal. Manusia dengan hati yang penuh cinta, akan semudah itu membagikan cinta ke orang lain. Mereka akan semudah itu berbuat kebaikan, memberi manfaat bagi manusia lainnya. Cinta itu, sama seperti perasaan marah, gembira, dan bersyukur yang harus diungkapkan. Perasaan itu harus diungkapkan. Kalau tidak, ya overload, bikin hati kewalahan, campur aduk dan tak bisa tenang.

Bagaimana cara mengungkapkan cinta ?

Ungkapkan dengan sederhana. Karena sungguh, kerumitan itu akan mempersulit dirimu sendiri, kawanku.

Bagaimana mengungkapkannya, tergantung objek yang kau cintai.

Kau mencintai Tuhanmu, maka banyaklah bersyukur. Beribadahlah untuk dirimu sendiri, sebagai bentuk kepatuhan dan rasa syukurmu atas hidup yang indah ini.

Kepada nabimu, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, bershalawatlah untuknya. Ikutilah ajarannya, sunnahnya, petunjuknya. Itulah bukti kau betul mencintainya. Dalam Al Quran disebutkan,

Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran: 31).

Jika kau mencintai nabimu, maka Tuhanmu pun akan mencintaimu. Kawanku, apa lagi yang kau harapkan?

Kau mencintai manusia-manusia berjasa, maka cobalah untuk berhubungan baik pada mereka jika masih hidup. Jika sudah tiada, maka doakan mereka, bersedekahlah untuk mereka.

Kepada keluargamu, bantulah keluargamu, jagalah keluargamu. Sebelum kau memikirkan definisi cinta yang bagimu rumit, perhatikanlah apa kau cukup mencintai keluargamu? Sudahkah keluargamu tercukupi kebutuhannya? Sudahkah keluargamu merasa bahagia ? Kawanku, tahukah kau, orang yang paling sering kita sakiti adalah orang terdekat kita, keluarga kita. Maka cinta dalam hatimu, haruslah banyak-banyak kau limpahkan untuk keluargamu.

Kepada masyarakat di sekitarmu, tetanggamu, berbuat baiklah. Seringlah berbagi, di mana pun kau berada.

Bagaimana ? Sudah kan ?

Ah, kau tanya saya bagaimana mengungkapkan cinta kepada lawan jenis yang entah bagaimana bisa menarik hatimu?

Ya ampun, memangnya kau sudah cukup dewasa untuk menghadapi perasaan seperti itu ?

Mencintailah dengan sederhana, kata Sapardi.

Saya membayangkan, dua anak balita yang segerbong denganku tadi, sudah dewasa, berusia awal dua puluhan. Mereka saling tertarik satu sama lain. Tapi masih malu, karena belum kenal, karena mereka laki-laki dan perempuan. Misal mereka ingin ketertarikan itu menjadi sebuah hubungan, apa yang harus dilakukan ?

Salah satu dari mereka, atau dua-duanya, harus mengambil langkah untuk berkenalan. Entah dengan orangnya langsung, atau dengan keluarganya yang turut menemaninya naik kereta. Take an action !

Nah, terjawab kan?

Kalau malu dan belum berani berkenalan?

Tak masalah. Semua kisah cinta punya waktunya masing-masing. Doakan saja dia sebanyak yang kau bisa. Kau tahu kawanku, mendoakan adalah perwujudan cinta terbesar. Kenapa? Karena kau mau Tuhan menjaganya. Hati yang baik, yang penuh cinta akan semudah itu mendoakan orang lain. Bapak cleaning service misalnya, doakan saja rejekinya berkah dan hatinya bahagia. Tak perlu orang lain tau kita sedang mendokannya. Kurang indah apa coba?

Perasaan itu, apa pun bentuknya, harus diungkapkan, entah lewat cara apa. Bisa lewat perbuatan, bisa lewat perkataan. Namun perkataan harus sejalan dengan perbuatan. Kalau tidak? Ya plin-plan namanya.

Kau mau tau perasaannya padamu ? Tanya.

Kau mau dia tau perasaanmu ? Bilang.

Dari jawaban itu, maka tentukan langkah selanjutnya. Sederhana bukan ? Ah, orang yang sedang mencinta kadang tak menggunakan akal sehatnya, semua dibikin rumit.

Hari ini aku kembali ke kantor setelah akhirnya tiba di Jakarta pukul 05.00 tadi pagi. Semoga Senin ini kau sudah mendoakan orang lain, kawanku 🙂

 

 

PS. Mungkinkah dua balita di kereta itu akan berjodoh ? Hmm, hanya Allah yang tau.

 

 

 

2 tanggapan untuk “Bagaimana cara mengungkapkan cinta?”

Tinggalkan Balasan ke Kiky Amci Ilzania Batalkan balasan