cecintaan

“Mbak, calonnya mana?”

Umur saya 22. Tahun ini, kalau umur panjang, insyaAllah 23. Saya baru lulus, September 2018. Entah mengapa, saya mulai sering ditanya, terutama kalau lagi kumpul keluarga.

“Mbak, calonnya mana?” dan pertanyaan sejenis.

Ya gak saya bawalah wkwk. Masa saya ke Jawa atau ke Sorong bawa calon. Entar pada nanya lagi. “Nduk, iki sopo?” kan repot.

Ibu saya, yang semasa saya sekolah gak pernah nanya-nanya perkara pacar–karena anaknya gak pernah pacaran–tiba-tiba mendadak kepo. Tiap kami ketemu selalu itu yang dibahas. Saya kan jadi keki. Bingung mau jawab apa.

Kalau Ibu tuh nanyanya lebih alus, tapi langsung menjurus.

“Mbak, udah punya teman?”

Waduh.

“Banyak, Buk.”

“Ih, teman yang ituuuuu….”

Mati gue.

“Yang mana?”

“Teman menuju keseriusan.”

Halah.

Rasanya pengen kabur aja.

Hal serupa juga saya alami kalau lagi ngumpul sama keluarga besar di Jawa. Malah lebih parah, nanyanya lebih intens, karena setiap ketemu saudara, tiap orang nanya dan selalu sama.

“Nduk, udah punya calon?”

Bayangin saya ditanya begitu puluhan kali, padahal di Jawa cuma 2 hari. Kan bosen. Ada basa-basi lain gak ? Wkwk. Jangan nanya itu dong. Yang lain. Soal kerjaan kek, penempatan kek, perkara pindah rumah atau apalah. Jangan itu.

Kenapa saya gak suka ditanya soal gituan?

Satu, karena itu basa-basi. Kalo niatnya gak basa-basi, tapi mau nyariin saya jodoh sih, boleh banget. Ahaha.

Dua, karena manusia bernama calon itu belum ada. Wkwk, belum muncul di permukaan laut. Masih berenang, belum muncul buat menghirup udara, jadi saya belum melihat tanda-tanda kalau dia ada. Ini alasan yang utama, bapak ibu.

Tiga, saya masih muda. Baru mentas, baru lulus, baru mulai kerja. Nikah bukan perkara cinta doang. Butuh modal dan kesiapan mental.

Empat, saya pernah berjanji pada instansi, untuk menikah setelah saya PNS. Kapankah saya PNS? Kalo lancar, insyaAllah 2020.

Oke, jadi gitu.

Ini cuma postingan yang penting gak penting, tapi lebih ke arah gak penting. Pentingnya, saya jadi mikir kenapa saya belum punya calon. Gak pentingnya, kenapa pula saya ngepost ini di blog. Intinya, ini gak penting.

Udahlah. Saya mau lanjut kerja lagi. Mau penempatan, malah banyak kerjaan. Tapi saya seneng kerja. Semoga gak keterusan jadi workaholic. Hmm, sepertinya gak mungkin. Kalo di rumah, saya cuma mikirin keluarga dan diri sendiri. Huahaha.

Sudah ya. Bye gaes. Sampai ketemu di postingan selanjutnya 🙂

10 tanggapan untuk ““Mbak, calonnya mana?””

Tinggalkan komentar