tentang fajar

Azura si Anak Sosial : Tentang Fajar (8)

Halo semua. Akhirnya setelah lama tak bersua, aku bisa kembali menyapamu untuk bercerita. Bagaimana kabarmu, wahai kawan lama? Aku berharap kau baik dan sehat. Lautan begitu tenang akhir-akhir ini. Meski begitu, aku mulai sibuk. Aku sudah mulai bekerja setelah lulus dari Lautan Kita. Bagaimana? Kabar baik bukan? Astaga, aku bahkan tidak menyangka akan lulus tahun ini setelah semua drama yang terjadi.

Setelah melihat hasil belajarku yang agak …. begitulah, akhirnya aku bisa menyimpulkan bahwa aku benar-benar tidak berbakat di bidang sains. Harus kuakui bahwa aku, memang anak sosial, bukan anak eksakta yang pandai matematika dan segala sesuatu berbau angka. Sepertinya bakat ini diturunkan dari orang tuaku, yang dua-duanya ahli bahasa. Jadi …. ya sudahlah, aku tak bisa memaksa diriku. Sekeras apa pun aku berusaha menyukai pelajaran eksakta di sekolahku, aku tetap tak bisa sepenuh hati menyukainya. Dan itu sebanding dengan kemampuan kepalaku dalam memahaminya.

Tapi aku lumayan senang bisa lulus sekolah 🙂

Lalu, bagaimana kabarmu?

Kau kenapa senyum-senyum begitu? Penasaran ya, bagaimana kabar lumba-lumba yang kusukai itu?

Aku dan Fajar, tidak ada kemajuan. Hahaha, miris sekali. Aku juga tak kunjung berani menyatakan perasaan. Ya ampun, setia betul aku dalam 3 tahun terakhir ini. Kau ada saran aku harus bagaimanakah?

Aku hanya berpikir, jika aku mau dia tau perasaanku, maka aku harus bilang padanya. Jika aku mau tau bagaimana perasaannya padaku, maka aku harus tanya sama dia. Dan kedua hal itu, belum ada yang berani kulakukan.

Ah, menyedihkan. Kisah cinta macam apa yang jalan di tempat ? Dapatkah dikatakan bahwa ini kisah cinta?

Mungkin bisa. Namanya, kisah cinta yang belum tayang. Ahahaha, maksa.

Fajar dan aku, setelah lulus sekolah, harus bekerja di tempat kami masing-masing. Jika kami akhirnya tak bersama, maka kemungkinan kami untuk bertemu lagi itu sulit diprediksi. Harus ada variabel-variabel yang disertakan. Mengingat sekarang variabel-variabel itu belum tergambar, maka pertemuan kami selanjutnya pun aku tak tau entah kapan.

Begitulah.

Tapi aku tak akan menyerah. Aku akan berusaha di setiap ada kesempatan. Atau, apa sebaiknya kuciptakan saja kesempatan itu ? Ah, bagaimanalah ? Aku tak berani bilang juga.

Mungkin, aku harus bersabar.

Mungkin, aku harus menunggu skenario Tuhanku atas kisah cinta ini. Karena aku paham benar, sekarang, belum waktunya aku dan Fajar bersama.

Kawan lama, terima kasih sudah bersedia membaca ceritaku. Aku senang bisa bertukar kabar denganmu. Semoga kau sehat terus. Aku tau bekerja itu memang melelahkan, aku juga rasa. Jadi, bersemangatlah.

 

Tertanda,

Lumba-lumba berpipi merah jambu, Azura.

 

 

Tinggalkan komentar